Bu Indar: Cerpen S. Rahoyo
Gebrakan meja dan teriakan “Diaaaaam!” dari Bu Indar disambut murid-muridnya dengan todongan pisau, arit, golok, dan cutter. Bu Indar melongo, nyaris tak percaya dengan pemandangan itu. Ini tak seperti biasanya. Biasanya, dengan cukup pasang muka masam Bu Indar sudah bisa membuat murid-muridnya ketakutan bukan kepalang. Dan, dengan sekali bentak, ia bisa membuat murid yang dibentaknya terkencing-kencing. Berkali-kali ia mencubit-cubit sendiri tangannya dan menepuk-nepuk kedua pipinya dengan tangannya untuk memastikan bahwa ia sedang bermimpi. Tidak! Ini bukan mimpi. Sadar bahwa itu terjadi di dalam sadar, buru-buru Bu Indar ingin berlari meninggalkan kelas. Namun, baru selangkah ia mengayunkan kakinya, si Renald gendut sudaberkacak pinggang di pintu mengayun ayunkan goloknya sambil tersenyum-senyum gaya Wira Sableng.1 Bu Indar celingukan. Ia menyaksikan ketiga puluh pasang mata murid-muridnya menatapnya tajam. Selanjutnya, perlahan-lahan para pemilik mata itu serentak melangkahkan...