SERI BELAJAR MENULIS 17: Politik Menulis
Dalam berbagai tulisan (buku, skripsi, tesis, disertasi) kita sering membaca kalimat berikut, "Menurut ... bla bla bla" (titik-titik itu berisi ahli, tokoh, dsb).
Misalnya: Menurut Adam Smith, motif utama perilaku ekonomi manusia adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.
Penulis lalu melanjutkan: Motif yang dikemukakan Adam Smith lebih dari
tiga abad yang lalu itu ternyata masih sesuai dengan apa yang terjadi di
lokus penelitian ini. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa para
pedagang akik berusaha mendapatkan barang dengan harga semurah mungkin
dan menjualnya semahal mungkin.
Membaca paragraf di atas kita memperoleh kesan bahwa peneliti atau penulis sekadar mencocokkan pendapat Adam Smith dengan apa yang terjadi di lokasi penelitian (para pedagang akik). Dengan demikian, pembaca akan memperoleh kesan bahwa posisi Adam Smith jauh lebih tinggi daripada penulis (sekalipun kenyataannya memang demikian!).
Bagaimana bila paragrafnya diubah menjadi seperti berikut:
Apa yang penulis temukan di pasar akik adalah sebagai berikut: para pedagang akik berusaha dengan berbagai cara agar mereka bisa membeli akik dengan harga yang sangat murah. Sebaliknya, ketika akik yang sama ditawar oleh calon pembeli, ia berusaha dengan berbagai cara agar akik tersebut laku dengan harga yang sangat tinggi, termasuk dengan cara-cara yang tergolong menipu. Perilaku ekonomi seperti inilah yang lebih dari tiga abad yang lalu dikemukakan oleh Adam Smith, bahwa manusia berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.
Nah, rasanya berbeda! Bila pada contoh pertama penulis seolah-olah tinggal nyantol pada pendapat Adam Smith, pada contoh kedua pendapat Adam Smith seolah-olah untuk mendukung hasil penelitan penulis.
Inilah yang disebut politik menulis. Dengan cara yang berbeda, penulis dengan sengaja menciptakan kesan bahwa posisinya sejajar dengan posisi tokoh atau ilmuwan besar yang dirujuknya.
Selamat mencoba....
www.facebook.com/Sarana.Pustaka
Membaca paragraf di atas kita memperoleh kesan bahwa peneliti atau penulis sekadar mencocokkan pendapat Adam Smith dengan apa yang terjadi di lokasi penelitian (para pedagang akik). Dengan demikian, pembaca akan memperoleh kesan bahwa posisi Adam Smith jauh lebih tinggi daripada penulis (sekalipun kenyataannya memang demikian!).
Bagaimana bila paragrafnya diubah menjadi seperti berikut:
Apa yang penulis temukan di pasar akik adalah sebagai berikut: para pedagang akik berusaha dengan berbagai cara agar mereka bisa membeli akik dengan harga yang sangat murah. Sebaliknya, ketika akik yang sama ditawar oleh calon pembeli, ia berusaha dengan berbagai cara agar akik tersebut laku dengan harga yang sangat tinggi, termasuk dengan cara-cara yang tergolong menipu. Perilaku ekonomi seperti inilah yang lebih dari tiga abad yang lalu dikemukakan oleh Adam Smith, bahwa manusia berusaha mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya.
Nah, rasanya berbeda! Bila pada contoh pertama penulis seolah-olah tinggal nyantol pada pendapat Adam Smith, pada contoh kedua pendapat Adam Smith seolah-olah untuk mendukung hasil penelitan penulis.
Inilah yang disebut politik menulis. Dengan cara yang berbeda, penulis dengan sengaja menciptakan kesan bahwa posisinya sejajar dengan posisi tokoh atau ilmuwan besar yang dirujuknya.
Selamat mencoba....
www.facebook.com/Sarana.Pustaka
Komentar
Posting Komentar